Oleh : Heri
(Mahasiswa Universitas Konservasi Sumber Daya Alam Fakultas Teknik dan Sains Prodi Konservasi Sumber Daya Alam)
Nuansababel.com, Kawasan pesisir adalah suatu daerah peralihan dimana ekosistem daratan dan lautan yang tumbuh dan berkembanganya berbagai ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan estuaria, menyebabkan wilayah pesisir sangat subur. Kawasan hutan wilayah pesisir pada berbagai daerah di Indonesia, terutama di pantai utara Jawa, Sumatera, Sulawesi Selatan, Bali, dan Kalimantan Timur telah mengalami degradasi akibat kerusakan hutan maupun konversi ke pemanfaatan lainnya sebagai pemukiman, tambak, lahan pertanian, lahan perkebunan, atau industri.
Menurut (Saparinto, 2007), saat ini sebagian besar kawasan mangrove berada dalam kondisi rusak, bahkan di beberapa daerah kondisinya sangat memprihatinkan. ( Muryani Dkk., 2017) mengemukakan bahwa kegiatan pembangunan utama yang memberikan sumbangan terbesar terhadap penurunan mangrove di Indonesia adalah pengambilan kayu untuk keperluan komersil serta peralihan peruntukan untuk tambak dan areal pertanian.
Ekosistem mangrove (bakau) adalah ekosistem yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga lantainya selalu tergenang air. Ekosistem mangrove berada di antara level pasang naik tertinggi sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata pada daerah pantai yang terlindungi (Supriharyono, 2009).
Manfaat ekosistem mangrove yang berkaitan dengan fungsi fisik yakni sebagai mitigasi bencana untuk peredam gelombang dan angin badai bagi daerah yang ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang (rob), tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi penetralisir pencemaran perairan pada batas tertentu (Lasibani dan Eni, 2009). Manfaat lain dari ekosistem mangrove ini adalah sebagai obyek daya tarik wisata alam dan atraksi ekowisata (Sudiarta, 2006; Wiharyanto dan Laga, 2010) dan sebagai sumber tanaman obat (Supriyanto dkk, 2014).
Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa. Ekosistem mangrove berperan penting dalam pengembangan perikanan pantai (Heriyanto dan Subiandono, 2012); karena merupakan tempat berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting dan udang (Kariada dan Andin, 2014; Djohan, 2007). Jenis plankton di perairan mangrove lebih banyak dibandingkan di perairan terbuka (Qiptiyah, dkk,2008).
Hutan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik ke dalam rantai makan (Hogarth, 2001). Bagian kanopi mangrove pun merupakan habitat untuk berbagai jenis hewan darat, seperti monyet, serangga, burung, dan kelelawar (Supriharyono, 2009). Kayu pohon mangrove dapat digunakan sebagai kayu bakar, bahan pembuatan arang kayu, bahan bagunan, dan bahan baku bubur kertas. Manfaat nilai guna langsung hutan mangrove sebesar Rp. 11,61 juta/ha/th (Saprudin dan Halidah, 2012).
Ekosistem mangrove mempunyai kemampuan dalam mengendalikan intrusi air laut melalui mekanisme pencegahan pengendapan CaCO3 oleh badan eksudat akar, pengurangan kadar garam oleh bahan organik hasil dekomposisi serasah, peranan fisik susunan akar mangrove yang dapat mengurangi daya jangkauan air pasang ke daratan, dan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah melalui dekomposisi serasah (Kusmana, 2010). Kerapatan mangrove berkontribusi terhadap tingkat luasan akresi, distribusi sedimen dan tinggi elevasi permukaan (Kumara dkk., 2010).
Dari sangat beragamnya fungsi kawasan hutan mangrove terhadap ekosistem pantai dan lingkungan sekitar, tentunya harus adanya strategi pengelolaan hutan Mangrove dimana nantinya kawasan mangrove dapat terus menjaga penyangga ekosistem pesisir. Dengan ini perlunya dilakukan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove. Kegiatan ini memiliki dampak-dampak yang baik terhadap kawasan hutan mangrove, diantaranya adalah :
a) Mengurangi abrasi pantai
Abrasi merupakan proses pengikisan daratan atau tanah, yang banyak terjadi karena faktor gelombang air laut. Ketika daratan terlalu sering mengalami gesekan dengan air laut, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya abrasi, dimana daratan akan menjadi semakin terkikis dan menyempit. Hal ini menyebabkan berkurangnya luas daratan, dan dapat menyebabkan air laut mudah naik ke permukaan. Rehabilitasi hutang mangrove sangatlah membantu mengurangi abrasi pantai dimana dengan adanya hutan mangrove sebagai tameng dari suatu daratan dari air laut, maka kemungkinan terjadinya abrasi dapat diperkecil.
b) Menahan tiupan angin laut
Dengan adanya rehabilitasi hutan mangrove sangat berfungsi untuk melindungi bibir pantai dari cuaca buruk.Dengan adanya hutan mangrove bisa menjadikan sebagai pelindung pada pesisir pantai, kuatnya angin laut yang bertiup ke darat akan dapat ditahan dan diserap. Hutan mangrove dapat melindungi kawasan pesisir dari terjangan badai dan angin topan. Karena akar dan dahan mangrovekosistem ini dapat menahan gelombang air dan mampu menyesap air dalam jumlah besar dan dengan begitu mencegah banjir.
c) Menambah tangkapan biota
Rehabilitasi hutan mangrove tentunya dapat memperbaiki ekosistem dari habitat-habitat yang ada di dalamnya, seperti ikan , udang , kepiting dan lainnya . Habitat yang ada di kawasan tepian pesisir dapat menjadi pengukur atau menjadi bioindikator kualitas lingkungan di kawasan tersebut . Jika ekosistem mangrove itu baik maka habitat yang ditemukan akan beragam dan melimpah , dan begitu pun sebaliknya jika kawasan ekosistem di sekitarannya tidak baik, karena hutan mangrove berfungsi juga sebagai untuk berkembang biak biotadan tumbuh di area hutan mangrove seperti udang, ikan, kepiting, kerang, dan sebagainya.
d) Menjadikan kawasan wisata
Rusaknya hutan mangrovea da yang disebabkan oleh ulah tangan manusia sendiri dan ada karena faktor alam yaitu abrasi. Kerusakan hutan mangrove akibat perubahan fungsi hutan menjadi tambak dan penebangan kayu yang berlebihan terus terjadi dan semakin parah dari tahun ke tahun. Dengan hal ini jika kawasan ini diberdayakan untuk kawasan wisata tentunya sangat berpotensi baik dimana banyak orang yang dating untuk berwisata serta berkunjung untuk memancing dan ada yang hanya sekedar melihat jalan-jalan menikmati keindahan kondisi pantai dan hutan mangrove. Sehingga dengan keunggulan hutan mangrove tersebut dapat memberikan objek wisata yang berbeda salah satunya karena karakteristik hutan yang berada di dua alam yaitu darat dan air (laut).
Dampak baik yang dihasilkan dengan adanya rehabilitasi hutan mangrove antara lain meningkatnya mengurangi abrasi pantai, menahan tiupan angin dari laut ke darat, semakin banyak tangkapan biota (udang, kepiting, kerang) di pesisir, dan menjadikan kawasan tersebut menjadi daerah objek wisata. Pengelolaan hutan mangrove yang diberikan adalah Progresif, artinya kondisi prima dan baik sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. (red)